Berawal sering mengunjungi blog Bunda Aya di
pertengahan 2010 dan mengagumi menu makanan Aya yang berwarnawarni seperti
pelangi berbanding terbalik dengan Haura yg kadang hanya nasi+ayamgoreng, nasi+telurceplok,
nasi+sosis #tepokjidat. Saat Haura berumur 18 bulan sempat GTM berat, akhirnya saya hanya
berpikir 'ah yang penting makan dan kenyang' dan saya pun sempat memberikan
susu ped****re sebagai solusi dengan harapan untuk memenuhi gizi Haura. Saat Haura tidak mau makan
tetapi ia mau minum susu saya merasa tenang tapi ternyata itulah kesalahan
terbesar saya, hal tersebut malah memperparah GTMnya Haura selama ini saya salah kaprah. Alhamdulillah saya hanya sempat memberikan susu tersebut selama satu
bulan karena tersadar setelah membaca tulisan Ibu Mia Sutanto, buku Pak Wied Harry dan beberapa artikel tentang gizi
berimbang.
Sedih, bingung, pusing setelah tahu bahwa pola
makan Haura yang sangat sangat sangat berantakan. Saya jadi kembali teringat
saat masa awal MPASI Haura, walaupun niat memberikan MPASI homemade itu besar
tapi karena ilmu yang saya tahu sedikit sekali jadinya tidak maksimal. Saya
ingat sekali saat itu Haura genap 6 bulan berdasarkan buku yang saya baca,
resepnya tepung beras+susu formula saat itu saya memakai tepung beras untuk
membuat kue dan membeli susu formula (pdhl Haura konsumsi ASI ) hanya selang
beberapa menit Haura muntah-muntah hebat. Akhirnya karena ketidaktauan saya dan
mendapat masukan dari beberapa teman setelah kejadian tersebut saya memberikan
biskuit bayi selama 2 minggu lalu lanjut dengan membuat sendiri MPASInya. Dan
saya pun melakukan kesalahan kembali karena keasyikan dan terserang virus ‘malas’
walalupun sudah berhomemade ria memberikan makanan sehat alami saya keasyikan memblender makanannya, masalah
kembali datang sampai berumur 15 bulan Haura tidak bisa mengunyah dengan baik
untuk memakan nasi utuh harus
diblender. Itulah mengapa niat dan ilmu
harus ada , niat tanpa ilmu tidak akan berhasil begitu juga sebaliknya.
Apa yang saya tanam itu yang saya tuai, ketika Haura menginjak umur 2 tahun karena kurang beragamnya sayuran dan kurangnya konsumsi buah, Haura tidak menyukai sayuran dan buah. Saya perhatikan juga daya tahan tubuh Haura tidak bagus gampang sekali tertular dan terserang batukpilek. Saat itu saya sedang mengandung anak ke-2 saya dan saya bertekad untuk mengembalikan pola makan Haura agar mau memakan sayur dan buah sebelum adiknya lahir. Setelah tanya sana-sini dan saya memang banyak ngobrol dengan Bunda Aya, saya benar-benar penasaran bagaimana Aya bisa dengan sukarelanya memakan sayuran yang hanya dikukus. Saya pun diberi tahu tentang Pak Wied Harry, saya beli buku-bukunya saya ikut milisnya dan saya baca beberapa artikelnya, saya pun sempat mengikuti kursus online beliau.
Saya terinspirasi Tata Bonita sang master Bento, saya pun membuat makanan Haura seperti 'Bento' ala Jepang. Dimakan ? tentu tidak hanya diacak-acak sodara-sodara T____T. Tanpa bosan-bosannya saya terus menyajikan makanan ala Bento walaupun kadang hanya diacak-acak dan dipilih sayurannya. Hal ini sempat membuat saya sedikit frustasi tapi saya tidak menyerah dan malah akhirnya karena keterpaksaan tersebut saya berbalik mencintai kegiatan menyusun makanan ala 'Bento'. Dengan menyusun makanan ala Bento benar-benar menstimulasi hormon oksitosin dalam tubuh saya ^_^.
Saya terpikir untuk menyembunyikan sayuran
tersebut dalam menu Haura, langkah pertama
1. sayuran di haluskan lalu dicampurkan
ke nasi, adonan nugget, adonan bakso, cake, puding dll
2. beberapa minggu tekstur sayuran saya buat agak
kasar dengan dirajang kecil-kecil
3. campuran sayuran selanjutnya dirajang agak besar
4. dannnnn tibalah waktunya Haura mau makan
sayuran dalam bentuk utuh
Teringat sekali saat itu pagi hari saya
menanyakan menu apa yang Haura inginkan
"Kakak mau makan apa ?" "Aku mau makan pumpkin sama bayam mam"
"Kakak mau makan apa ?" "Aku mau makan pumpkin sama bayam mam"
#shock ya untuk pertama kalinya ia meminta
sayuran, rasanya saya ingin meneteskan air mata bahwa perjuangan saya tidak
sia-sia. Selama 4 bulan saya melakukan 'terapi makan sayur' pada Haura, emosi saya pun dibuat naik turun #elusdada.
yummy |
Saya tidak ingin jatuh ke lubang yang sama, saya
terus belajar tentang makanan yg sehat itu seperti apa. Saya kurangi asupan
gula pada Haura , konsumsi gluten pun saya batasi minimal 3 hari sekali, produk
olahan seperti sosis dan kemasan saya singkirkan, pemakaian santan selalu
santan segar tidak ikut didihkan, untuk menumis/ menggoreng tidak saya gunakan
mentega lagi, membuat pudding pun memasukkan buah tidak seperti dulu yang ikut
didihkan, dll. Huaaaaa Banyak sekali perubahan yang saya lakukan , semuanya demi keluarga
khususnya Haura saat itu. i'm not a cook nor chef, i'm just an ordinary mom who loves to cook for my husband, my daughter & son.
pure pear |
Pelan-pelan saya pun memberikan buah-buahan sesaat
setalah bangun tidur berupa jus atau buah potong, tidak lupa kami selalu
mencontohkan makan sayuran dan buah dengan lahap di depan Haura. Sebelum tidur
saya selalu ceritakan tentang manfaat sayuran dan buah pada Haura, ibarat iklan
yang terus kita lihat dan dengar setiap hari saya berharap manfaat sayuran dan
buah pun tertanam pada Haura. Untuk beberapa orang mungkin terdengar dan
terlihat aneh karena menurut mitos makan buah dengan perut kosong akan membuat
sakit perut, tapi kenyataannya tidak. Untuk ‘kegiatan’ kami yang satu ini cukup
mendapat pertentangan di lingkungan sekitar, “Pagi ko dikasi makan buah” “Teganya
sarapan dikasi buah” , “Anaknya nanti diare” , tapi Alhamdulillah kami tidak merasakan
apa yang ditakuti orang-orang sekitar yang ada kami merasa tubuh lebih fresh. Anak
peniru ulung , kalau menginginkan anak berbuat baik maka orang tua harus mencontohkannya begitu juga
dengan makanan bagaimana mungkin anak akan makan makanan yg sehat jika Ayah
Ibunya tidak mencontohkan, saatnya berintrospeksi diri RIGHT ?
suapan pertama |
24 Maret 2011 hadirlah bayi laki-laki yang kami beri nama Hanif Asyadda Wibowo, untuk Hanif persiapan memberikan ASI dan MPASI nya lebih maksimal dibandingkan Haura. Saya tidak ingin melakukan kesalahan yang sama, saya belajar dari kesalahan yg telah saya perbuat dulu karena minimnya ilmu, pengetahuan dan informasi yg saya dapat. Saat hamil saya rajin mengikuti Kelas Edukasi AIMI , buku-buku tentang MPASI pun tidak lupa saya beli dan baca sampai tamat, perlengkapan MPASI saya beli dengan lengkap walaupun kenyataan di lapangan beberapa perlengkapan MPASI banyak yg tidak terpakai.
Tim Beras hitam kecipir wortel ikan putih |
24-Oktober 2011 Hanif lulus ASI eksklusif dan
mulai makan untuk pertama kalinya, hari pertama saya memperkenalkan pure pear
Alhamdulillah langsung habis tanpa ada keulitan sedikitpun saat menyuapi. Setiap bahan makanan saya tes selama 3 hari jika tidak ada
reaksi alergi saya nyatakan lulus dan saya catat agar tidak lupa. Memasuki umur
7 bulan Hanif mulai makan bubur lembut, nah untuk penyajian saya
mengikuti saran dr.Purnamawati dengan memisahkan bahan makanan tidak dicampur
aduk dan dicampur jadi satu. Tujuannya agar anak mengenal rasa masing-masing
makanan sehingga rasanya enak dan jelas juga lebih cantik dan menarik.
Sebelumnya saya ragu apakah saya akan sempat menyiapkan makanan yg
terpisah-pisah mengingat tidak ada ART yang membantu tapi dengan berjalannya
waktu alhamdulillah semua terhandle dengan baik. Saya ingin membuktikan MPASI
homemade/memberikan makanan sehat alami itu tidak repot, insyaAllah kalau ada niat pasti ada jalan.
Hal yang paling penting dalam pembelajaran kali ini adalah belajar berempati. Berempati dengan tidak mengukur ambang cita rasa bayi yang masih sangat sensitif dengan ambang cita rasa kami. Bayi tidak mengenal kurang gurih, kurang asin, kurang manis seperti ketakutan para orang tua khususnya ibu yang tidak PD memberikan makanan no gulgar pada bayinya. Dahi saya mengernyit saat melihat Hanif dengan lahapnya memakan kecipir kukus dan ikan lele kukus tanpa tambahan gula garam sedikit pun. Tapi ya itu terjadi, bayi memang masih sangat sensitif ^_^.
Pagi hari saya menyiapkan jus atau buah potong dan menu sarapan karbo yang simple, Alhamdulillah ada teman yg berbaik hati juga yang memberikan saya Slow Cooker, jadi pagi hari sebelum mengantar Haura sekolah saya masak bubur untuk Hanif walalupun terkadang karbo tidak hanya dari beras bisa dari bahan lainnya seperti kentang, singkong, ubi, dll. Saat pukul 11 siang setelah menjemput Haura sekolah saya menyiapkan sayuran lauk untuk makan siang , karena kebiasaan saya selalu menyiapkan makanan sesaat sebelum dimakan terutama sayuran. Untuk mempermudah bisa dibuatkan jadwal masakan baik untuk MPASI dan makanan utk dewasa sehingga saat belanja pun sudah terbayang apa saja yang akan di masak per hari itu. Tidak lupa selalu meyiapkan bumbu bawang (bawang putih+bawang merah dihaluskan lalau digoreng), ini sangat membantu sehingga waktu memasak menu kakak / dewasa menjadi lebih cepat.
Pagi hari saya menyiapkan jus atau buah potong dan menu sarapan karbo yang simple, Alhamdulillah ada teman yg berbaik hati juga yang memberikan saya Slow Cooker, jadi pagi hari sebelum mengantar Haura sekolah saya masak bubur untuk Hanif walalupun terkadang karbo tidak hanya dari beras bisa dari bahan lainnya seperti kentang, singkong, ubi, dll. Saat pukul 11 siang setelah menjemput Haura sekolah saya menyiapkan sayuran lauk untuk makan siang , karena kebiasaan saya selalu menyiapkan makanan sesaat sebelum dimakan terutama sayuran. Untuk mempermudah bisa dibuatkan jadwal masakan baik untuk MPASI dan makanan utk dewasa sehingga saat belanja pun sudah terbayang apa saja yang akan di masak per hari itu. Tidak lupa selalu meyiapkan bumbu bawang (bawang putih+bawang merah dihaluskan lalau digoreng), ini sangat membantu sehingga waktu memasak menu kakak / dewasa menjadi lebih cepat.
Memasuki umur 8 bulan kegiatan memasak MPASI
lebih seru karena ada penambahan protein, yang paling seru saat saya harus
berhadapan dengan si ikan lele, rasanya mau pingsan saat saya menyentuh badan
ikan yg licin sekali dan bentuknya yang menjijikan seperti ular tapi demi
anak-anak saya rela detak jantung saya berdetak lebih cepat #lebayy .
Tidak terasa Hanif sudah 11 bulan makanannya sudah mulai cincang kasar tidak
dihaluskan kembali, ia sedang belajar mengunyah.
Waktu
|
MENU MAKANAN
| ||
Hanif
|
Haura
|
Papap+Mamam
| |
pagi
|
jus pepaya jeruk
| ||
kabocha kukus
|
kabocha kukus
|
Pepaya potong porsi
besar
| |
telur rebus
| |||
camilan
|
buah
| ||
siang
|
steam/kukus ikan
|
ikan bakar
|
ikan bakar+sambal
|
sayur kangkung
|
tahu goreng
|
tahu goreng
| |
tomat rebus
|
sayur kangkung
|
tumis kangkung rawit
| |
camilan
|
jagung rebus
| ||
malam
|
tahu kukus
|
tumis tahu buncis
| |
buncis rebus
|
Ya
entah mengapa saya sangat menikmatinya
,
mungkin bagi beberapa orang merasa kerepotan mengurus dua balita tanpa bantuan
siapapun tapi Alhamdulillah sampai sekarang tidak menemukan kendala yang
berarti walaupun kadang saya merasa jenuh tapi jika melihat senyum dan lahapnya
mereka memakan makanan yang saya sajikan semua rasa jenuh, lelah itu hilang
seketika. Saya hanya berdoa agar saya selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT agar selalu bisa menyiapkan makanan sehat alami untuk suami dan kedua anak saya.
Kami
merasakan sendiri semenjak pola makan anak-anak teratur dan tidak 'sembarangan'
daya tahan tubuh mereka bagus selain karena Haura yang mendapatkan ASI selama
26 bulan dan Hanif yg masih ASI sampai saat ini. Tidak cukup puas dengan diri
sendiri saya pun berusaha mengajak dan mengingatkan beberapa teman yang lain, tujuan
saya hanya satu agar mereka tidak melakukan kesalahan seperti saya. Kondisi
beberapa teman yang dengan santainya tidak memberikan makanan pada anaknya
karena anaknya tidak mau makan hanya mau minum susu formula, atau konsumsi
bahan kemasan setiap hari atau para bayi berumur 4 bulan yang sudah diberi
makanan instan membuat saya sedikit gemes. Ternyata tidak mudah juga memberikan
masukan, mengingatkan apalagi saya hanya seorang Ibu Rumah Tangga biasa dengan
background bukan dari kesehatan. Mindset masyarakat yang sangat mengagungkan
susu formula dan makanan kemasan itu susah sekali diluruskan, belum lagi iklan makanan kemasan dan susu formula yang sangat
gencar baik di media elektronik dan media cetak. Belum lagi sampai saat ini
saya merasakan kurangnya dukungan pemberian ASI dan MPASI homemade di tempat saya tinggal. Saya pun berangan-angan dan bermimpi bisa menghadirkan para konselor
laktasi atau ahli gizi di kota kecil tempat saya tinggal ini, saya berharap
jika seorang pakar yg menjelaskan mungkin para ibu jadi terbuka pikirannya.
Alhamdulillah
setelah tanya sana-sini dan mengajukan usulan ke Persatuan Istri Karyawan
tempat suami saya bekerja, akhirnya tanggal 19 Februari 2011 Bapak Wied Harry
mengadakan talkshow dan demo makanan sehat di kota tempat saya tinggal. Hasilnya
sungguh luar biasa di luar perkiraan para ibu sangat antusias sekali mengikuti
acara tersebut dan sudah bisa ditebak banyak yang terkaget-kaget dengan
penjelasan Pak Wied Harry. Selesai acara saya mendengar para peserta langsung
berbelanja buah-buahan dan sayuran, perasaan saya senang bahagia rasanya
seharian itu saya ingin tersenyum setiap saat. Saya masih punya mimpi semoga
virus ASI ,MPASI dan Toddlerfood homemade bisa tersebar di Bumi Batiwakal ini
(red : Berau). Semoga suatu saat nanti AIMI bisa mengadakan kelas edukasi di
sini dan Pak Wied Harry bisa mengadakan Talkshow dan demo makanan sehat lagi
dengan peserta masyarakat luas. Saya tidak ingin sendirian saya ingin semua
terserang 'virus makanan alami’
Memberikan
makanan instan memang sangat mudah hanya menyeduhnya dengan air panas tidak
butuh waktu yang lama dan perlengkapan yang ‘rempong’ tapi saya lebih tidak
tega membayangkan betapa ‘rempong’nya pencernaan anak-anak mengolah segala
macam food additives di dalam nya. Memberikan makanan sehat yang alami adalah sebuah investasi besar untuk anak, hasilnya akan sangat terasa saat mereka tumbuh besar dan dewasa. Ber’homemade’ria sangat membutuhkan niat dan ilmu, niat tanpa
ilmu tidak akan bisa, ilmu tanpa niat pun tidak akan jalan. Menjadi seorang ibu
harus terus belajar belajar dan belajar …. “Karier memberikan makanan sehat alami pada anak (dan mendidik anak) adalah
sebuah karier sekali lewat dalam seumur hidup. Tidak pernah dikejar ulang”
kutipan Wied Harry yang selalu membuat saya bersemangat setiap harinya ^_^
Haura, Hanif….
Semoga ikhtiar Mam&Pap saat ini, kelak bisa
menjadi bekal yang memadai, saat kalian besar nanti…..Aminnnnn
Happy
Healthy Cooking ^_^